Tangerang Selatan-Terdapat penampakan berbeda di sekitaran
UIN Jakarta. Pedagang kaki lima yang biasanya memadati pinggir jalan di daerah
pesanggrahan, pada rabu (29/11) kemarin mendadak sepi. Sepinya pedagang kaki
lima tersebut disebabkan penertiban yang dilakukan oleh satuan polisi pamorng
praja (Satpol PP) pada pagi hari. Tak pelak, banyak warga yang heboh saat
kejadian tersebut. Alhasil, jalan pesanggrahan menjadi sepi tanpa pedagang kaki
lima yang memadatinya.
Terdapat banyak sekali pedagang kaki lima
yang memasang gerobaknya di sepanjang pinggir jalan Pesanggrahan. Dari dekat
jalan raya, hingga pertigaan di dalam jalan Pesanggrahan. Dengan adanya penertiban
pedagang, seluruh pedagang yang berjualan telah meninggalkan area tersebut.
Salah satu saksi yang enggan disebutkan
namanya mengatakan, pada pagi menjelang siang, terdapat anggota satpol PP yang
mendatangi para pedagang dan menertibkan gerobak-gerobak yang berjualan. Selain
menertibkan pedagang, motor yang biasanya terparkir di sekitar pinggir dekat
tembok kampus UIN Jakarta juga ikut ditertibkan.
“Katanya sih tempo hari, sempat ada mobil
yang menyenggol gerobak di Pesanggrahan ini. Singkat cerita, akhirnya masalah
terselesaikan antara pihak pembawa mobil dan gerobak penjual, lalu tiba-tiba
ada penertiban seperti ini. Menurut orang-orang sih, ada hubungannya,”
tutur orang tersebut.
“Saya sih juga tidak bisa memastikan ya
apakah benar karena kejadian itu, saya juga diberi tahu. Hanya saja, dari dulu
sepertinya tidak pernah ada masalah dengan pedagang disini. Dan tiba-tiba, sekarang
bisa seperti ini,” lanjutnya.
Memang benar, secara hukum terdapat aturan
yang meregulasi hal terkait. Dinas pekerjaan umum pemerintah Tangerang Selatan
telah membuat peraturan tentang larangan melakukan kegiatan usaha, berjualan,
mendirikan bangunan di sepanjang jalan atau bahu jalan, sesuai dengan peraturan
Menteri PU No: 20/PRT/M/2010 dan No 63/PRT/1993. Hal serupa pernah dilakukan
terhadap pedagang “liar” di sekitar kampus pasca-sarjana UIN Jakarta, yang
sempat membuat pedagang menjadi sepi. Namun, tak lama pedagang kaki lima
kembali menempati wilayah tersebut untuk berjualan.
Insiden penertiban yang menghebohkan
mahasiswa UIN Jakarta tersebut, langsung membuat salah satu gerakan pemuda
menunjukan kepeduliannya lewat aksi. Gerakan pemuda yang juga mengajak
mahasiswa untuk ikut andil dalam aksi “Solidaritas mahasiswa tolak penggusuran
PKL Pesanggrahan dan lawan rezim komprador” tersebut, menjalankan aksi di dekat
pintu keluar UIN Jakarta pada Rabu sore.
Salah satu orator di dalam aksi tersebut,
Muhammad Alwy mengatakan di dalam orasinya, tentang bagaimana mahasiswa UIN
Jakarta sepertinya cuek dengan tragedi itu. Padahal, para pedagang kaki
lima itu yang biasanya dihampiri oleh mahasiswa jika ingin jajan.
“Pada hari ini, aku tidak bisa makan
batagor, tidak bisa makan cimol, tidak bisa makan gorengan di kampus kita ini.
Kamu tahu mengapa? Karena mereka baru saja digusur! Mereka yang mencari nafkah
di sekitar Pesanggrahan, pada hari ini dibuat pergi oleh oknum-oknum,” ucapnya
dengan semangat kala memimpin barisan aksi.
“Mahasiswa itu katanya penyambung lidah
masyarakat. Apa yang dirasa sakit oleh masyarakat, maka kita yang wajib untuk
membantunya,” lanjur Alwy yang membuat orang sekitar semakin tertarik
perhatiannya.
Mahasiswa UIN Jakarta pastinya merasakan
dampak ini. Seperti mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) semester 3,
Muhammad Hafiz yang merasa tidak dapat langsung menilai begitu saja terkait
insiden ini.
“Mahasiswa juga harus lebih teliti lagi.
Karena kita harus cover both side ya. Jangan mengambil dari satu
perspektif saja. Memang benar, ada sisi ini dan sisi itu. Jadi, jangan sampai
terbawa opini yang bergulir,” ucap Hafiz menanggapi penertiban pedagang.
“Namun saya juga berharap kalau pedagang
yang ditertibkan bisa berjualan lagi. Selain karena mereka yang mencari nafkah,
mahasiswa juga ingin jajan pastinya,” tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar